Thursday, June 26, 2014

Filosofi Cinta dalam Pandanganku

Pembicaraan tentang cinta itu gak ada habisnya ya. Oke, jadi siang ini aku mau membicarakan filosofi cinta yang kuanut.

Aku bagi postingan ini menjadi tiga bagian : Ikrar, Cinta, dan Kepemilikan.



1. Ikrar
Menurutku, ketika kamu mencintai seseorang, kamu mencintai dirinya baik eksternal (fisik, public impression), dan internal (nurani, personality). Aku setuju dengan filosofi yang menyatakan bahwa 
"Kamu hanya bisa mencintai seseorang selama kamu belum mengungkapkannya. Ketika kamu mengungkapkannya (bukan mengekspresikannya, dua hal itu merupakan hal yang berbeda), maka berakhirlah fase mencintai itu"

Selanjutnya, ketika kamu menanyakan yang kamu cintai tentang perasaannya, kamu bukan bertanya mengenai rasa cintanya padamu, tapi keinginan dia untuk berhenti mencinta dan kesiapannya beradaptasi hidup bersamamu. Karena ketika kamu bersama, kamu tidak saling mencinta lagi, tapi saling membutuhkan.

Aku menganut paham monogamy, dimana aku cuma percaya cinta pada satu orang : cinta yang sejati, dan jodoh yang satu. Aku percaya, ketika kamu mengikrarkan cintamu pada seseorang, kamu juga mengikrarkan bahwa dirimu adalah miliknya dan dia memiliki hak atas sebagian dari dirimu. Kamu berjanji bahwa kamu akan berusaha terus mencintainya (walaupun mustahil) dan beradaptasi dengannya dan bahwa kalian adalah satu.

2. Cinta
Cinta yang kuanut adalah 'I belong to you, but I'm not yours.' Menurutku, cinta itu terdiri dari 2 hal : Kamu sebagai objek yang dicintai dan kamu sebagai subjek yang mencintai.

Pertama, sebagai subjek yang mencintai. Aku menganut paham bahwa ketika kamu mencintai seseorang, kamu akan memastikan kebebasan dari orang yang kamu cintai itu terjamin. Namun, pahamku tidak seekstrim hingga kamu membiarkan orang yang kamu cintai memiliki hubungan romantis dengan orang lain (hal itu akan melanggar ikrar yang telah kusebutkan diatas). Namun kebebasan disini lebih merupakan kebebasan menjadi diri sendiri. Kebabasan mengungkapkan jati diri, berfikir, dan bertindak, tanpa adanya perasaan takut bahwa orang yang mencintaimu melawanmu, malah sebaliknya dia akan mendukungmu. Cinta yang bebas adalah cinta yang tidak mengobjektifikasi orang yang kamu cintai (cinta yang tidak memperlakukan orang yang kamu cintai sebagai objek semata) namun juga sebagai manusia, subjek yang memiliki keinginan dan perasaan sendiri. Mencintai secara bebas artinya kamu tidak berusaha memiliki bahkan membentuk orang yang kamu cintai, namun kamu mencinta dirinya apa adanya dan membiarkannya berprilaku layaknya seorang manusia (dalam hal ini kamu tidak berusaha mengurungnya dan mengubahnya seperti kenginanmu)

Kedua, sebagai objek yang dicintai. Aku percaya bahwa ketika kamu sebagai yang dicintai mempunyai kebebasan namun disaat yang sama, kamu membiarkan orang yang kamu cintai menyatakan kepemilikannya atas dirimu. Dalam hal ini kamu membiarkan orang yang kamu cintai memilikimu namun tidak sampai mengekangmu, dan membentukmu namun tidak sampai mengubahmu. Kamu sebagai objek yang dicintai, tidak semata-mata sebagai objek yang tidak memiliki perasaan, keinginan, dan tindakan. Kamu sebagai objek yang dicintai 'harus dibiarkan' untuk masih memiliki sifat-sifat itu (thus, you are being loved as a subject, not just an object), dimana kamu masih bisa menjadi dirimu sendiri, namun disaat yang sama kamu membiarkan orang yang mencintaimu memasuki hidupmu dan membentukmu atas seizinmu. Keinginanmu sendiri yang membuatmu 'berubah' (dalam hal ini beradaptasi) terhadap orang yang mencintaimu. 

Gampangnya, kamu dan sepatu. Kamu sebagai subjek yang memiliki sepatu, kamu akan membiarkan sepatu itu tetap berbentuk seperti sepatu. Kamu tidak berusaha mengubahnya menjadi bentuk lain (tas, kaos kaki). Kamu memiliki sepatu itu, namun kamu tidak mengekangnya hingga membuat sepatu itu selalu berada didekatmu. Dan sepatu sebagai objek masih memiliki sifat sebagai sepatu itu (sehingga sepatu itu memiliki sifat subjektif dimana dia masih dibiarkan memiliki bentuk sebagai sebuah sepatu) namun disaat yang sama sepatu itu akan beradaptasi dengan kamu, mengikuti bentuk kakimu.

Kamu hanya bisa mencintai hal yang tidak sepenuhnya kamu mengerti dan kamu miliki. Aku percaya ketika kamu menganut paham dimana cinta itu adalah bebas dan tidak memiliki, kamu bisa terus mencintai hal itu, walau ketika ikrar cinta itu sudah diucapkan, dan komitmen itu sudah dipegang.

3. Kepemilikan
Menurutku, cinta itu tidak boleh menjadi egois. Cinta itu harus saling menghargai antara kamu sebagai subjek yang mencintai dan kamu sebagai objek yang dicintai.

Pengungkapan 'I love you' atau 'Aku mencintaimu' tidak serta merta membuat kamu menjadi milik dari orang yang kamu cintai. Dan pernyataan 'I love you too' atau 'Aku mencintaimu juga' tidak seenaknya membuatmu menerima kepemilikan atas diri orang yang menyatakan cinta padamu dan juga tidak membuatmu lantas menjadi miliknya. Pernyataan itu hanyalah sebuah pernyataan bahwa kalian merasakan hal yang sama dan kalian berkomitmen untuk saling membutuhkan. Namun, sekali lagi, bukan kepemilikan mutlak atas diri masing-masing individu.

Possession atau kepemilikan adalah sebuah pernyataan bahwa sesuatu adalah milikmu, punyamu, bukan punya orang lain. Pernyataan 'You are mine' atau 'Kamu adalah milikku' menurutku sudah merupakan bentuk dari keposesifan itu sendiri. 

Sifat posesif menurutku, ada spektrumnya. Pernyataan 'You are mine' menurutku berada dalam kategori tengah, dimana kamu memproklamirkan seseorang adalah kepemilikan mutlakmu, yang lantas mengobjektifikasi orang tersebut dan membatasi sifat subjektif dari orang tersebut. Pernyataan 'You belong to me" (gak ada translatean bahasa indonesia yang cocok buat ini) berada dalam spektrum yang lebih rendah. Di sini, kamu masih membiarkan orang tersebut berdiri sebagai subjek dan bertindak (dibuktikan dengan adanya kata kerja 'belong') 

Spektrum yang lebih tinggi adalah saat dimana kamu memperlakukan orang yang kamu cintai layaknya kepemilikanmu mutlak (disini sifat posesif yang dikenal oleh umum). Kamu memperlakukannya layaknya objek yang tidak memiliki perasaan dan tindakan. Kamu memperlakukannya seakan dia adalah milikmu, kepunyaanmu, tidak boleh ada orang lain yang menyentuhnya atau berinteraksi dengannya. Kamu membatasi gerakannya. Kamu menghargai dirinya sebagai subjek (dimana kamu masih membiarkannya menjadi dirinya) namun kamu membatasi gerakannya sebagai subjek, yang lantas mengobjektifikasi orang yang kamu cintai. Namun, pertanyaannya. Apakah itu lantas membuat orang tersebut menjadi milikmu seutuhnya? Tidak. Selama dia masih memiliki perasaan dan keinginan pribadi yang tidak bisa kamu sentuh dan bentuk, orang itu bukan milikmu seutuhnya, melainkan dirinya pribadi, walau seberapa kuat kamu membatasi interaksinya. Selanjutnya, Is it worth it to let your loved one be merely as an object? Bukankah egois dan bodoh mencintai hal yang tidak bernyawa?

Sedikit berada diatas kepemilikan mutlak, adalah personality moulding. Disini, kamu berusaha membentuk (atau mengubah, tergantung seberapa besar efek ke dirinya, dan dampak ke sekitar terhadap perubahan itu) orang yang kamu cintai sesuai keinginanmu. Kenapa aku meletakkannya dalam spektrum yang lebih tinggi? Karena menurutku, disini kamu tidak menghargainya sebagai subjek sama sekali, dimana kamu tidak membiarkannya memiliki sifat menjadi dirinya sendiri bahkan berusaha "mould or shape" orang itu, yang selanjutnya melahirkan pertanyaan, Siapakah yang sebenarnya kamu cintai? Dirinya atau ide akan dirinya yang berusaha kamu tanamkan di dirinya? 

Menurutku, cinta sebagai subjek tidak boleh egois, dan cinta sebagai objek tidak boleh seenaknya (lebih bersifat subjektif) atau mati (lebih bersifat objektif). Aku tidak percaya akan cinta 'Sadochist-Masochist', dimana sebagai sadochist, kamu mencintai dengan egois, mengobjektifikasi orang yang kamu cintai, atau sebagai masochist membiarkan dirimu menjadi objek oleh orang yang kamu cintai. 

Menurutku, ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak berusaha mengubah orang yang kamu cintai. Namun, sebaliknya kamu berusaha agar dirimu seirama dengan orang yang kamu cintai. Ketika kamu mencintai seseorang, kamu sendirilah yang mengubah dirimu agar kamu sepaham dengan orang yang kamu cintai. Itulah mengapa, cinta itu harus usaha dari dua belah pihak. Karena kedua belah pihak tidak berusaha mengubah pihak yang lain agar sepaham, namun mengubah pribadi masing-masing agar lebih seirama. Kamu sebagai pihak yang mencintai hanya bisa memberi saran atau nasihat, tapi tidak bisa memaksa orang tersebut untuk berubah, karena itu adalah hak dirinya untuk menerima atau menolak saranmu. Seandainya, emang dia ga mau berubah dan kamu ga tahan lagi dengan sikapnya, akhiri aja hubungannya, kok repot? 

Jika kamu mencintai seseorang, kamu tidak perlu diberitahu atau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kamu yang akan menahan dirimu sendiri untuk tidak berinteraksi dengan orang lain di luar batas normal, namun tidak berarti tidak berinteraksi sama sekali. Menurutku, kamu tahu kalo kamu bener-bener menyukai seseorang, ketika kamu berinteraksi dengan yang lain, kamu tetap memikirkan dirinya berharap bahwa orang yang saat itu kamu hadapi adalah dirinya. Kamu tidak akan mudah tergoda oleh bujuk rayu dari orang lain, karna kamu tahu bahwa kamu hanya mencintai dirinya. Dan kamu juga akan membiarkan dirinya memiliki interaksi dengan orang lain, karna kamu percaya akan dirinya. Intinya dari saling mencintai adalah saling percaya kan?

Selanjutnya, yang menjadi bahasan, bagaimana bila pasanganmu posesif? Pertama, tanyakan alasanmu mengapa kamu bersedia menjadi pasangannya. Kalo cuma sekedar ga mau sendiri atau jadi jomblo, mending kamu pikirin alasanmu lagi, There is nothing more ridiculous than settling with someone just because you're afraid to be alone. Percayalah bahwa masing-masing orang itu sudah ada jodoh yang disiapkan oleh Yang Maha Kuasa. Kalo alasanmu cuma ga mau sendiri, mending kamu akhiri hubungan itu, beneran deh. Daripada buang-buang uang dan waktu? Kedua, jika kamu benar-benar menyukainya, sifat posesif itu seharusnya tidak menjadi masalah besar buatmu, karena itu adalah bagian dari dirinya dan kamu seharusnya bisa mencintai dia apa adanya. Kalo kamu bener-bener mencintainya, kamu akan berusaha mencari cara agar sifat posesif dia bisa 'aman' syukur-syukur terkurangi. Menurutku, seseorang bersifat posesif itu hanya ada dua alasannya, merasa memiliki, atau feeling insecure. Kalo dia merasa memiliki, jelasin ke dia, kalo kamu punya hak mutlak atas dirimu. Orang tuamu aja ga segitunya kan? Atau jika dia merasa insecure, buat dia merasa aman. Buat dia yakin kalo kamu benar-benar sayang padanya dan ga ada niat buat yang aneh-aneh. Kalo dia mau kamu ngelaporin keadaanmu sepanjang waktu, ya lakuin aja, kalo dia mau kamu ga berinteraksi dengan lawan jenis, ini hakmu untuk memilih setuju atau menolak. Kalo kamu menolak yang bilang kalo kamu ga bisa melakukan hal itu. Bilang padanya kamu ga bisa, dan kamu hanya akan berinteraksi jika perlu aja. Lagian, kalo kamu bener-benar sayang sama dia, tanpa diberitahu, kamu akan membatasinya kan? 

Yang harus kamu camkan didirimu, jangan takut untuk keluar dari suatu hubungan. Jika sifatnya emang kamu ga suka dan ga sanggup hadapi lagi, ya putus aja, tapi selama janur kuning belum melengkung loh. Kalo kamu udah menikah, wajib hukumnya untuk membereskan masalah kalian bersama.

Selanjutnya, yang mau aku tekankan jangan pernah takut pasanganmu akan selingkuh. Kalo kamu 'cinta' sama dia, maka sebaiknya kamu juga percaya sama dia. Kalo emang dia selingkuh, berarti dia bukan orang yang baik, dan bukan yang terbaik buat kamu. Dia selingkuh berarti dia gak benar-benar sayang padamu, tapi terlalu pengecut untuk mengungkapkan kata pisah. Kalo dia selingkuh gara-gara digoda orang lain, berarti dia bukan orang yang kuat dalam berpendirian. Kalo dia benar-benar sayang padamu, dia gak akan gampang berpindah haluan kan? Orang yang selingkuh itu adalah orang yang moralnya sangat terkompresi dan inkompeten. Tidak ada yang lebih hina dari orang yang menganggap suatu hubungan yang tidak jujur adalah hubungan yang benar. Jika kamu diselingkuhin, jangan selingkuh balik, berarti kamu sama hinanya dengan dia. Dan jangan jadi orang pertama yang selingkuh, kalo kamu udah merasa ga cocok, ya putus, tapi sekali lagi, selama belum ada cincin yang melingkari jari manis kirimu ya (kalo di Indonesia, di kanan apa kiri sih?) Dan jangan pernah melupakan fakta bahwa pasanganmu pernah selingkuh. Forgive, but not forget. Ketika pasanganmu selingkuh, disaat itulah kamu harus berhenti mempercayai dirinya. Dan ketika kamu mulai mempertanyakan apakah kamu bisa mempercayai pasanganmu atau tidak, disaat itulah kamu harus mengevaluasi hubunganmu. Baik untuk yang belum maupun sudah menikah, sebaiknya hubungan itu harus dihadiri ketika pasanganmu selingkuh, karena hubungan sekuat apapun tidak akan pernah bisa bertahan, jika salah satu pihak mempertanyakan kejujuran pihak yang lain. 

Bagiku, inti dari Cinta, Mencintai, Dicintai, dan Saling Mencintai adalah jadi dirimu sendiri, namun jangan takut untuk mengalami perubahan, dan saling percaya. 

Selamat sore, semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment