Monday, March 3, 2014

Alfa dan Beta

Surat itu datang ketika aku sedang memainkan biolaku. Diantar dengan layanan kilat.



Betaku tersayang,

Ketika kau membaca surat ini, mungkin aku sudah berada jauh darimu, di tempat yang tidak bisa kau temukan kecuali kau mengubah eksistensi dirimu menjadi bentuk lain.

Sayangku, aku menulis surat ini bukan untuk membuatmu sedih, tapi jangan cemas padaku. Aku tahu kau mengkhawatirkanku layaknya seorang ayah kepada anak perempuannya yang takut darah dagingnya diambil oleh pria yang salah, tapi ketahuilah sayang, aku berada di tempatku yang seharusnya. Karna diriku haram bagimu, layaknya seorang muslim haram akan daging babi.

Sayangku, aku menulis surat ini supaya kau tahu, bagaimana cintaku padamu! Cintaku padamu sangat dalam dan tajam layaknya palung laut. Aku tidak mengatakan cintaku sebesar dan seluas samudera, karna aku tidak percaya cinta yang luas. Sesuatu yang luas akan kehilangan eksistensi dirinya karena kehilangan inti dan makna yang sebenarnya. Layaknya rumah luas yang tidak terurus dan tidak berpenghuni. Tidak sayangku, cintaku tidak megah, tapi indah.

Aku masih ingat ketika kita pertama kali bertemu, ingatkah kau sayang? Di suatu taman yang indah. Aku sedang membaca kisah Othello ketika kau menghampiriku dan mengatakan kau sudah membaca kisah itu. Kau memberitahuku pikiranmu mengenai bagaimana seorang yang sangat kita percayai bisa menipu kita begitu hebat hingga diri kita kehilangan kepercayaan akan orang yang terkasih. Ketahuilah sayangku, ketika aku melihatmu, kau terlihat serasi berada di taman itu. Seakan kau memang ditakdirkan untuk berada di tempat yang indah! Dengan bunga itu, aku masih ingat aku menyematkan bunga di telingamu, karena telah mengawaniku melewati waktu luangku yang membosankan, betapa sesungguhnya diriku memang membosankan!

Sayang, aku pria yang buta akan kasih sayang ini telah menganggapmu seperti tongkat, aku tidak mengatakan kau cahaya bagiku. Bukankah seorang buta masih bisa berjalan walau tidak ada cahaya yang meneranginya?

Sayang, ketika kau mengatakan kau tidak bisa bersamaku, walau kau mengatakan betapa kau menginginkannya, karena kau sudah mempunyai pria yang terkasih, membuatku menyadari eksistensi diriku yang sebenarnya. Apakah aku cukup pantas bagi dirimu yang menyenangkan? Tapi kau terus menemuiku dan mengatakan jika saya kita bertemu lebih cepat, kita akan selalu bersama. Jika saja ada lain kali! Aku akan memegang tanganmu dan tidak melepaskannya sayang, tidak akan pernah! Aku tidak akan memperlakukanmu seperti suamimu yang kerap meninggalkanmu ketika dia bepergian. Dinas! Kau tahu sayang, bahkan jika aku berperang demi negaraku, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri. Aku akan menitipikanmu pada orang yang aku percayai agar kau tidak sendiri sayang, tidak akan kubiarkan kau menanggung beban hidup sendiri!

Oh, betapa kau membenci diriku sekarang. Lihatlah surat ini! Penuh akan kata-kata seorang pujangga, penuh kata-kata penggoda yang menjijikkan! Tapi aku tidak menyesal sayang, karena aku ingin kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya.

Inilah akhir suratku, aku sudah memutuskan akan mengakhiri hidupku. Jarak yang jauh tidak akan bisa memisahkan kita karna hati dan tubuh kita sudah saling terkait. Bahkan aku meragukan perbedaan dunia bisa memisahkan kita! Tapi itu lebih baik, karena kau bisa melupakanku. Sayangku, kita akan selalu menjadi Alfa dan Beta, bahkan dalam persamaan matematika! Beta akan selalu berada di belakang Alfa, dan Alfa tidak akan pernah meninggalkan Beta, tapi sayang, kau harus melanjutkan hidupmu, jangan biarkan diriku yang membosankan ini menghalangimu menikmati hidupmu. Ketahuilah sayang, kau boleh melupakanku, tapi kau tidak boleh melupakan cintaku padamu. Kau harus mengingatnya sayang, agar kau selalu ingat kau orang yang pantas dicintai.

Yang selalu mencintaimu

Alfa


Aku meletakkan surat itu, dan memainkan biolaku. 

No comments:

Post a Comment